ChatGPT Hadirkan GPT-5 dan Kontrol Orang Tua untuk Keamanan Optimal

lushbeat.com – OpenAI merespons tantangan kesehatan mental pengguna dengan menghadirkan GPT-5, model AI terbaru yang fokus pada percakapan sensitif. Selain itu, perusahaan meluncurkan fitur kontrol orang tua untuk melindungi remaja dalam menggunakan ChatGPT. Langkah ini menyusul sejumlah insiden tragis yang melibatkan pengguna, seperti kasus bunuh diri yang terkait interaksi dengan chatbot. Program ini menandai komitmen OpenAI menjaga keamanan dan kesejahteraan pengguna di era AI.

“Baca Juga: TikTok Sukarela Matikan Fitur Live Saat Demo Memanas”

Kasus Tragis yang Jadi Pendorong Evaluasi Keamanan OpenAI

Kasus bunuh diri Adam Raine, remaja California yang berdiskusi soal melukai diri sendiri lewat ChatGPT, memicu kritik keras terhadap OpenAI. Tidak hanya itu, Stein-Erik Soelberg juga menggunakan ChatGPT untuk memperkuat delusi hingga melakukan aksi fatal. Tragedi ini menegaskan bahwa AI yang tidak dilengkapi filter keamanan bisa memperburuk kondisi kesehatan mental pengguna. OpenAI pun bergegas memperbaiki sistem agar risiko serupa dapat diminimalkan di masa depan.

GPT-5: Model AI dengan Pendekatan Bernalar untuk Percakapan Sensitif

GPT-5 dirancang berbeda dari versi sebelumnya dengan kemampuan bernalar lebih mendalam sebelum menjawab. Sistem ini mempertimbangkan risiko dan dampak emosional dari setiap respons, bukan sekadar memprediksi kata berikutnya. OpenAI juga memperkenalkan router real-time yang mengalihkan percakapan berpotensi berbahaya ke GPT-5. Dengan begitu, respons yang dihasilkan lebih bijaksana, aman, dan mendukung kesejahteraan pengguna.

Fitur Kontrol Orang Tua untuk Melindungi Pengguna Remaja

Fitur kontrol orang tua yang baru memungkinkan pengawasan penggunaan ChatGPT bagi remaja. Orang tua dapat menghubungkan akun mereka dengan anak melalui undangan email dan menetapkan aturan perilaku sesuai usia. Fitur ini juga memungkinkan menonaktifkan memori serta riwayat obrolan demi mencegah ketergantungan AI. Selain itu, orang tua menerima notifikasi jika anak menunjukkan tanda “kesulitan akut” saat berinteraksi dengan chatbot, memperkuat perlindungan dan pemantauan.

“Baca Juga: Intel Ungguli Samsung dan TSMC dalam Investasi R&D Chip”

Tantangan dan Kritik terhadap Langkah Keamanan OpenAI

Meski dinilai sebagai terobosan, fitur keamanan OpenAI juga menuai kritik. Akurasi deteksi gangguan akut masih dipertanyakan, karena AI sulit membedakan antara candaan, sarkasme, dan bahaya nyata. Privasi remaja juga menjadi sorotan, karena notifikasi kepada orang tua dapat mengurangi ruang ekspresi bebas anak. OpenAI mengakui tantangan ini dan berjanji terus mengevaluasi serta mengembangkan sistem berdasarkan masukan dari komunitas dan pakar kesehatan mental.

Dengan program “Inisiatif 120 Hari”, OpenAI menetapkan peta jalan keamanan yang ambisius, termasuk kolaborasi dengan jaringan dokter global dan pakar kesehatan mental. Langkah ini penting untuk menciptakan AI yang tidak hanya canggih tapi juga bertanggung jawab, menjamin kesejahteraan jutaan pengguna di seluruh dunia. Ke depan, OpenAI berharap teknologi seperti GPT-5 dapat menjadi alat pendukung kesehatan mental yang efektif, aman, dan dapat diandalkan.

Similar Posts