Lushbeat – Orang tua harus memperhatikan dan memantau dengan baik 1.000 hari pertama kehidupan anak. Karena masa tersebut menjadi kunci penting dalam tumbuh kembang optimal. Dr. Hari Wahyu Nugroho, spesialis anak, menegaskan bahwa pemantauan yang tepat selama periode ini sangat krusial untuk memastikan perkembangan anak berlangsung optimal hingga usia 18 tahun.
“Pemantauan terhadap tumbuh kembang seorang anak selama 1.000 hari pertama kehidupan harus dilakukan dengan baik dan benar agar tumbuh kembangnya optimal. Anak berusia 18 tahun,” ujar Dr. Hari dalam sebuah webinar bertajuk Mengurai Kebijakan Pembangunan (Pembiayaan). Kesehatan Inklusi Bagi Anak dengan Penyandang Disabilitas yang diadakan di Jakarta.
Menurut Dr. Hari, 1.000 hari pertama kehidupan adalah periode kritis yang menentukan masa depan seseorang. Apa yang terjadi pada fase ini akan mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak hingga dewasa.
“Baca juga: Daftar 15 APK Penipuan Terbaru 2024 yang Perlu Diwaspadai”
“Karena apa yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan akan berdampak hingga anak tersebut dewasa,” jelas Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta tersebut.
Sebagai contoh, anak yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan di usia dewasa. Seperti diabetes melitus, hipertensi, dan stroke.
“Anak yang lahir prematur atau BBLR akan memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi, diabetes melitus, dan stroke di usia dewasa. Terutama pada dekade ke-4 atau ke-5 kehidupannya dibandingkan anak yang lahir normal,” lanjut Dr. Hari.
Dr. Hari juga menyoroti pentingnya mencegah dan menangani stunting pada 1.000 hari pertama. Jika kondisi stunting tidak diperbaiki dalam periode ini, perbaikan di kemudian hari menjadi sangat sulit.
“Setelah anak berusia dua tahun, stunting hampir tidak bisa dikoreksi. Kita hanya bisa menekan risiko komorbiditas atau komplikasi yang mungkin terjadi akibat stunting,” tambah Dr. Hari, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Tengah.
Tiga Langkah untuk Mengenali Stunting pada Anak
Dalam kesempatan lain, Dr. Damayanti Rusli Sjarif. Spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik, menjelaskan tiga langkah sederhana untuk mengenali stunting pada balita.
Pertama, anak harus diukur menggunakan alat ukur yang benar, bukan hanya diperkirakan atau dibandingkan dengan anak lain.
Dalam Kelas Orang Tua Hebat yang diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada awal 2024. Dr. Damayanti menekankan bahwa alat ukur untuk balita, seperti infantometer untuk anak usia 0-2 tahun. Telah tersedia di setiap posyandu melalui distribusi Kementerian Kesehatan. Setelah anak berusia lebih dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan stadiometer dalam posisi berdiri.
Langkah kedua adalah mencatat dan memplotting hasil pengukuran berat dan tinggi badan anak ke dalam grafik yang terdapat pada buku Kartu Ibu dan Anak (KIA).
“Simak juga: 11 Cara Melupakan Seseorang dengan Cepat Tanpa Drama”
Langkah ketiga, jika anak terbukti memiliki tinggi badan yang pendek atau sangat pendek, segera laporkan ke dokter atau puskesmas. Apabila ditemukan indikasi stunting, anak harus segera dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) agar dapat ditangani lebih lanjut oleh dokter spesialis anak.