Lush Beat – Nilai tukar rupiah pada hari Rabu ini diprediksi akan mengalami pelemahan tipis terhadap dolar AS. Hal ini berjalan seiring dengan sikap hati-hati investor yang menunggu rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat (AS). Menurut analis mata uang Lukman Leong, pelemahan rupiah diperkirakan akan terbatas karena para investor sedang menunggu data ekonomi penting AS yang akan dirilis dalam dua hari ke depan. Data-data tersebut mencakup produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2024 AS serta inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) AS.
Proyeksi pertumbuhan PDB AS sebesar 1,9 persen lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang sebesar 1,4 persen. Sedangkan inflasi inti PCE AS diperkirakan naik 0,1 persen, sama dengan bulan sebelumnya. Di sisi lain, rupiah juga masih terpengaruh oleh penguatan dolar AS yang berperan sebagai tempat berlindung aman. Lukman memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan bergerak antara 16.200 per dolar AS hingga 16.300 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.
Bank Indonesia Optimis Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS
Bank Indonesia menyatakan optimis terhadap kinerja nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. BI prediksikan bahwa dalam beberapa bulan ke depan rupiah akan menguat. Salah satu faktor yang dianggap mendorong penguatan rupiah adalah penurunan suku bunga.
Ramdan Denny Prakoso, Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia, menyampaikan bahwa suku bunga AS diperkirakan akan menurun ke depannya. Hal ini tentu dapat mendukung penguatan rupiah.
“Baca Juga: Ekonomi China Bisa Anjlok Jika Donald Trump Kembali Menang pada Pilpres AS”
Menurut data Bloomberg hingga 12 Juli 2024, rupiah mengalami depresiasi sebesar 4,81 persen. Hal ini merupakan pelemahan paling minim dibandingkan dengan beberapa mata uang negara berkembang. Semenata negara lainnya seperti Brazil yang mengalami depresiasi 12,1 persen dan Lira Turki 11 persen dalam periode yang sama.
Bank Indonesia Konsisten dalam Menjalankan Kebijakan Moneter
Untuk menjaga stabilitas rupiah dan mendukung penguatan mata uang tersebut, Bank Indonesia tetap konsisten dalam menjalankan kebijakan moneter yang pro pasar. Termasuk dengan menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
SRBI merupakan surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan underlying asset berupa Surat Berharga Negara (SBN) milik bank sentral. Denny menekankan bahwa kebijakan pro pasar ini memberikan landasan yang kuat bagi Bank Indonesia untuk mencapai masa depan yang lebih cerah.
“Simak Juga: Otoritas dan Serikat Pekerja Angkutan Tolak Rencana Wajibkan Asuransi Kendaraan”