lushbeat.com – Amerika Serikat tengah mengkaji kebijakan pembatasan ekspor chipset AI ke kawasan Asia Tenggara. Fokus utama adalah Thailand dan Malaysia, dua negara yang memiliki peran besar dalam rantai pasok semikonduktor global. Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah kebocoran teknologi canggih ke China melalui jalur perdagangan tidak langsung.
“Baca Juga: Galaxy Tab Active5 Pro Hadir dengan Dukungan OS 8 Tahun”
Peran Strategis Malaysia dan Thailand dalam Industri Semikonduktor
Malaysia dan Thailand menjadi pusat manufaktur dan perakitan chip global, terutama perangkat keras AI seperti GPU dari NVIDIA dan AMD. Malaysia dikenal dalam proses back-end semikonduktor, meliputi pengujian, pengepakan, dan perakitan chip yang sangat presisi dan berkualitas tinggi. Industri semikonduktor di Malaysia telah berkembang pesat selama beberapa dekade. Menjadikannya salah satu kontributor utama dalam rantai pasokan global untuk berbagai produk elektronik, mulai dari smartphone hingga perangkat otomotif. Sementara itu Thailand juga memiliki posisi penting dalam produksi elektronik di Asia Tenggara. Dengan sejumlah fasilitas manufaktur yang mengkhususkan diri dalam komponen elektronik dan perakitan produk teknologi tinggi. Kedua negara ini tidak hanya menjadi hub manufaktur, tetapi juga berperan penting dalam inovasi dan pengembangan teknologi yang mendukung ekosistem chip global. Keberadaan mereka sangat strategis karena kedekatannya dengan pusat teknologi utama di Asia seperti Singapura dan Taiwan, serta akses mudah ke pasar regional yang besar.
Dengan kapasitas produksi yang besar dan tenaga kerja terampil. Malaysia dan Thailand menjadi kunci penting dalam memastikan pasokan chip tetap stabil dan memenuhi permintaan dunia. khususnya di era perkembangan AI dan teknologi canggih lainnya. Selain itu pemerintah kedua negara juga aktif mendukung sektor ini dengan insentif dan kebijakan yang mendorong investasi asing dan pengembangan teknologi lokal. Semua faktor ini menjadikan Malaysia dan Thailand sebagai pilar utama dalam rantai nilai semikonduktor global. Sekaligus titik rawan yang menjadi perhatian dalam dinamika geopolitik dan keamanan teknologi saat ini.
Kekhawatiran Amerika Soal Jalur Belakang Teknologi ke China
AS mencurigai adanya potensi perusahaan di Malaysia dan Thailand dimanfaatkan sebagai jalur belakang untuk mengalirkan teknologi AI canggih ke China. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa teknologi yang dibatasi langsung ke China masih bisa masuk lewat negara ketiga tersebut. Dugaan ini muncul karena beberapa entitas di kawasan tersebut memiliki hubungan bisnis atau afiliasi dengan perusahaan China, yang memungkinkan pemanfaatan celah regulasi dan pengawasan yang kurang ketat. Pemerintah AS khawatir jalur tidak resmi ini dapat melemahkan efektivitas sanksi dan pembatasan teknologi yang telah diberlakukan. Sehingga berpotensi memperkuat kemampuan teknologi China di bidang AI dan keamanan nasional AS.
Dampak Pembatasan Ekspor Terhadap Rantai Pasok dan Industri Global
Jika pembatasan ini diterapkan, banyak perusahaan semikonduktor internasional akan terdampak, terutama yang beroperasi di Asia Tenggara. Langkah ini bisa mengganggu efisiensi rantai pasok global karena banyak produsen besar menggunakan fasilitas di kawasan tersebut.
“Baca Juga: Microsoft Dikecam Usai Tetapkan Target Finansial Tak Masuk Akal”
Tantangan dan Implikasi Jangka Panjang Kebijakan AS di Asia Tenggara
Kebijakan ini sejalan dengan upaya AS membatasi dominasi teknologi China, terutama di AI dan superkomputer. Namun, pembatasan ekspor ke Asia Tenggara juga menimbulkan tantangan besar karena kompleksitas rantai pasok dan keterkaitan perusahaan global. Keputusan ini akan berdampak luas terhadap geopolitik teknologi dan kerja sama internasional.